Stop Tasyabbuh! Kembali Pada Al Qur'an dan Sunnah


“Eh bentar lagi mau tahun baru loh, yuk kita pesta habis-habisan!....” | “wah mantap tuh bro, perayaan seperti ini hanya datang sekali setahun, sayang kan kalo dilewatin gitu aja tanpa bersenang-senang dan memuaskan diri..! |”bener tuhh, yuk kita beli aksesoris buat tahun baru nanti! Sekalian gua mau ajak pacar gua..” | gua juga bro, tapi emangnya lu punya pacar?” | oh iya ya lupa gua kan jomblo -_- ...
“Pernah denger gak sih yang namanya pergantian tahun? Iya yang itu yang katanya
tahun akan berganti lagi dan bumi udah bertambah umurnya. Lah, emang apa sih yang istimewa dari tahun baru itu? Kok masyarakat global sangat heboh dan antusias kalo tahun baru? Apa sih sebenarnya tahun baru itu? Apakah harus dirayakan? Apakah dalam islam ada? Apakah Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam yang merupakan idola terbaik umat manusia yang pernah ada di muka bumi ini pernah merayakannya? “
Well, mungkin itulah beberapa pertanyaan yang membuat kita pusing tujuh keliling mengenai tahun baru, dimana umat manusia begitu antusias dalam menyambutnya, macam tamu kehormatn aja hehe *istighfar..istighfar -_-
Bila kita perhatikan sejenak kondisi masyarakata dunia saat ini, dimana perkembangan teknologi sudah tak dapat dihentikan dan manusia juga semakin berinovasi dalam mengembangkan kehidupan mereka dalam literatur alam ini. Manusia seakan-akan tak pernah puas atas pencapaian mereka tak mereka terus  menerus melakukan suatu gebrakan terhadap sesuatu, tapi sebagian dari mereka justru sadar dan tahu hakikat hidup mereka seperti apa.
“Ketahuilah oleh kalian, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan di antara kalian serta berbangga-banggaan dengan banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang karenanya tumbuh tanam-tanaman yang membuat kagum para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning lantas menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan- Nya. Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Qs. Al- Hadid: 20)
Dan ada juga sebagian yang lain yang justru terpesona dengan kehidupan dunia, bermegah-megahan seakan-akan mereka itu abadi. Dengan adanya fasilitas dunia ini, membuat manusia lalai bahkan menyalahgunakannya dan menggunakannya dalam hal kemaksiatan. Kemudian dengan itu mereka merusak diri mereka sendiri dan malah membuat diri mereka selangkah lagi menuju Neraka. Nau’dzu billah min dzalik....
Alhamdulillah, Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam telah mengajarkan pada kita untuk zuhud terhadap dunia, tidak ikut-ikutan terhadap budaya kaum kafir yahudi & nashrani yang bertentangan dengan ajaran islam, tidak terpesona dengan hal-hal yang berbau duniawi. Dan hari ini kaum muslimin telah diserang melalui pemikiran, kaum-kaum sekuler dan liberal. Mereka berpikir telah gagal menyerang kaum muslimin secara fisik untuk itu usahanya mereka balik dan menyerang otak-otak kaum muslimin. Dan mereka sebentar lagi akan melakukan itu untuk kesekian kalinya, mereka berencana untuk menjebak kaum muslimin dalam perayaan “Tahun baru”. Ada apa sebenarnya dibalik Tahun baru, Maulid, dan Natal?
1.     Maulid tidak pernah dirayakan oleh Rasulullah shallahu ‘alayhi wa sallam
Bila menganggap maulid adalah sebuah ibadah dan pernah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam maka secara tidak langsung telah menuduh Rasulullah itu keliru dan tidak becus dalam menyampaikan risalah. Emang bener? Lo yakin? Kalo yakin berarti iman sedang dalam kondisi need charged! Lemah, dan butuh di charge. Kenyataannya Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam TIDAK PERNAH merayakan maulid kelahiran beliau sendiri. Kenyataannya nih mas bro abang-abang, maulid itu adalah bid’ah dalam agama. “Lah, kok dikit-dikit bid’ah sih”, bid’ah dalam agam karena dalam syariat islam tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam. Kalaupun pernah dicontohkan, maka para sahabat beliau serta para shalafus shaleh pasti ikut melaksanakannya. Namun kenyataannya, apakah mereka merayakan? Tidak! Kenapa? Karen emang sekali lagi gak ada ada contohnya dari Nabi Shallallahu ‘alayhi wa sallam. “Tapi kan yang penting niatnya baik bro”. Hadeh istighfar dah, syarat diterimanya amalan tuh bukan yang penting baik tapi

1.     Ikhlas karena Allah.
2.    Mengikuti tuntunan Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam (ittiba’).
Jika salah satu syarat saja yang terpenuhi, maka amalan ibadah menjadi tertolak. Artinya Bila suatu amalan dikerjakan ikhlas karena Allah tapi tidak ada contoh dari Rasulullah maka tertolak. Begitupula bila dilakukan berdasarkan sunnah Rasul tapi niatnya ternyata ada maksud lain selain Allah maka tertolak juga. Dua syarat diterimanya amalan ditunjukkan dalam dua hadits. Hadits pertama dari ‘Umar bin Al Khattab, Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda :

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niat. Dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Barangsiapa yang berhijrah karena  Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya adalah pada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrah karena dunia yang ia cari-cari atau karena wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya berarti pada apa yang ia tuju”( HR. Bukhari no. 6689 dan Muslim no. 1907.)

Hadits kedua dari Ummul Mukminin, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda,

“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.( HR. Bukhari no. 20 dan Muslim no. 1718.)

Adapun alas an mengapa seseorang melakukan amalan yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi Rasulullah, karena kebanyakan dari kita tidak memahami dalil-dalil dan peringatan-peringatan yang nyata. Kita salah mengartikan suatu dalil, dengan lebih mengandalkan logika kita. Padahal gak mungkin ada logika yang bisa menandingi perkatan Allah dan perkataan Nabi mustahil. Oleh karena itu ikhwafillah, jauhilah yang namanya tasyabbuh dan bid’ah dalam agam. Setidaknya kita mengingkari dan menjauhinya karena kita umatnya Rasulullah dan Karen kita umatnya Rasulullah maka lakukan sesuai apa yang menjadi sunnah beliau.

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu” (QS. Al Maidah: 3).
 Kalau ajaran Islam sudah sempurna, maka tidak perlu ada perayaan yang tidak dicontohkan oleh Nabi

2.    Merupakan Hari Perayaan Kaum Kafirin
Nah ini, kebanyakan dari kita luput dan bahkan pura-pura tidak tahu ketika ditanya  tentang perayaan kau  kafir. Seakan-akan kita merasa bahwa “Loh, perayaannya asik kok bisa berpesat-pesta” Ya elah emang hidup lu Cuma berpesta doing? Sempit amat idup lu -_-. Secara tidak langsung kita telah berada dalam ghazwul fikr (perang pemikiran) terhadap kaum kafir, dimana mereka berusaha menyutikkan propaganda dan doktrin-doktrin sesat mereka yang di iming-imingi kenimatan dunia. Contoh perayaan hari ulang tahun, perayaan Natal, perayaan Tahun Baru Masehi dan lain-lain. HBD? NATAL? NEW YEAR? Emang mas tahu itu hari perayaan siapa? Eh ngomong-ngomong itu budayanya siapa ya? Kok kita ikut-ikutan ngucapin? Bahkan ikut-ikutan jadi panitia lagi -__- . Jangan terperdaya! Bila menengok ke belakang (bukan belakang badan lu) maka kita temukan bahwa ternyata Islam tidak pernah merayakan hal tersebut!

Dalam Islam, hari raya besar itu cuma dua, tidak ada yang lainnya, yaitu hari raya Idul Fithri (1 Syawal) dan Idul Adha (10 Dzulhijjah). Jadi Islam tidak memperingati perayaan lainnya seperti kelahiran Nabi, tahun baru Islam atau tahun baru lainnya, tidak ada peringatan turunnya Al Qur'an atau yang menandakan Nabi melakukan peristiwa tertentu. Seharusnya seorang muslim atau yang baru merasakan Islam, mencukupkan dengan dua perayaan tersebut.

Anas radhiyallahu ‘anhu berkata,

“Ketika Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam datang ke Madinah, penduduk Madinah memiliki dua hari raya untuk bersenang-senang dan bermain-main di masa jahiliyah. Maka beliau berkata, “Aku datang kepada kalian dan kalian mempunyai dua hari raya di masa Jahiliyah yang kalian isi dengan bermain-main. Allah telah mengganti keduanya dengan yang lebih baik bagi kalian, yaitu hari raya Idul Fithri dan Idul Adha (hari Nahr)” (HR. An Nasai no. 1556 dan Ahmad 3: 178, sanadnya shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim sebagaimana kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth)

Dalam hadits jelas dikatakan bahwa sebelumnya ada perayaan hari orang-orang jahiliyah yang kemudian Allah mengganti keduanya dengan hari yang lebih baik, yakni Idul Fitri, Idul Adha dan mencukupkan kita dengan dua hari mulia tersebut. Tidak cukupkah bagi kita? Perlukah ada penambahan lagi (diluar dari islam)? Tidak! Cukuplah hari tersebut bagi kita sebagai rasa syukur kita kepada Allah. Bila sudah digantikan, maka tak ada lagi alas an bagi kita untuk ikut-ikutan merayakan perayaan kaum kafir yahudi dan nashrani. “Emang lu ngapain sih ikut sama mereka? Ikut ngucapin pula”. “Gak bro, Cuman ikut-ikutan aja biar dibilang gaul dan toleran, kan Islam agam toleransi?”. Hadehh  rata-rata orang ketika ditanya ngapain ikutan, jawabannye pasti niatnya karena dunia, ikut-ikutan aja biar dapet untung dan biar dibilang Toleransi, “Katanya”. Nah ini, perlu diluruskan keimanan kita dan peru direfresh otak kita dengan hadits berikut :

“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk golongan mereka”.( HR Abu Daud, dan At-Thabrani dalam Al-Awsath, dari Hudzaifah, berderajat hasan).

Mulai sekarang, hentikanlah kebiasaan untuk ikut dalam perayaan kaum kafir. Sadarlah, semua itu tidak lain hanyalah tipuan belaka, masih ada waktu untuk hijrah dan belajar jadi lebih baik sebelum ajal menghampiri.

3.    Ajang Kemaksiatan dan Pemborosan
Ini sudah jelas, tak usah diragukan lagi. Dimana-mana kita saksikan hamper semua perayaan kaum kafir yahudi dan nashrani berbau maksiat! Contoh, seperti Tahun Baru dan V-day.

“Berdasarkan data  dua tahun lalu, kata Arist, Komnas meneliti perilaku seks di kalangan remaja SMP dan SMA. Hasilnya, dari 4.726 responden, sebanyak 97 persen mengatakan pernah menonton pornografi, dan 93,7 persen mengaku sudah tak perawan. Bahkan, 21,26 persen sudah pernah melakukan aborsi”.

Na’udzubillah min dzalik. Dan tiap tahun data ini terus meningkat. Lalu apakah kita akan terus membiarkannya, sampai kapan? Jangan sampai anak-anak kita menjadi korban. Mengingat Tahun baru sebentar lagi, dan sudah menjadi kebiasaan orang-orang merayakan hal tersebut. Gaya perayaannya pun bermacam-macam, salah satunya yang menjadi mimpi buruk orang tua utamanya bagi anak putri mereka ialah “virgin sacrifiece” atau “Peneyrahan keperawanan”. Banyak pemuda-pemudi melakukan hal yang dilarang oleh yang Maha Pencipta yang menciptakan kita. Olehnya awasilah anak-anak kita mulai dari sekarang, jangan sampai hanya karena 1 malam aja namun penyesalan sepanjang masa, miris banget ya perila remaja saat ini. Kemudian gaya perayaannya yang “hedonism” berfoya-foya menghamburkan harta benda hanya untuk kepuasan nafsu belaka. Yang namanya perayaan pastilah tak bisa lepas dari yang namanya pemborosan. Ya penulis berani mengatakn hal demikian karena fakta dilapangan kami banyak menemukan sampah-sampah hasil perayaan tahun baru, HBD, dan V-Day berserakan dimana-mana. Apatah lagi gaya perayaannya jelas membelanjakan uang untuk membeli yang namanya Petasan, firework (kembang api), bahan makanan, dan *ondom. Separah inikah? Apa sih manfaat dari itu? Petasan dibeli untuk apa? Dibeli, lalu dipasang, lalu nyalakan pemicunya (api), kemudian bakar sumbunya lalu BOOM meledak deh. Apakah mas tahu efek dari ledakan itu? Banyak loh, pertama suaranya yang RIBUT banget macam bom perang aja. Itu suara ledakannya mampu membuat orang merasa terganggu! Belum lagi bila ada Lansia dan penderita Jantung, bisa bahaya bila mereka terbiasa mendengar dentuman itu karena bayarannya nyawa! Selain itu kebakaran rumah, hutan bahkan korban jiwa! Termasuk juga dalam gaya menghamburkan uang dengan membeli baha makanan pokok seperti tepung dan telur dalam perayaan HBD lalu setelah itu teman yang HBD itu dilempari telur dan tepung tanpa merasa bersalah dan menyesal sedikit pun! Ingat! Diluar sana banyak orang kelaparan merindukan makanan turun lewat tenggorokan mereka! Mereka bersusah payah mencarinya, walupun makanan sisa mereka lahap dengan perasaan bersyukur. Sementara kita disini sibuk menghambur-hamburkan uang? Hanya Allah yang member Taufiq.

“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isro’ [17]: 26-27).  Maksudnya adalah mereka menyerupai setan dalam hal ini.

Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Tabdzir (pemborosan) adalah menginfakkan sesuatu pada jalan yang keliru.” Mujahid mengatakan, “Seandainya seseorang menginfakkan seluruh hartanya dalam jalan yang benar, itu bukanlah tabdzir (pemborosan). Seandainya seseorang menginfakkan satu mud saja (ukuran telapak tangan) pada jalan yang keliru, itulah yang dinamakan tabdzir (pemborosan).”
Qotadah mengatakan,

“Yang namanya tabdzir (pemborosan) adalah mengeluarkan nafkah dalam berbuat maksiat pada Allah, pada jalan yang keliru dan pada jalan untuk berbuat kerusakan.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 8/474-475)
“Kehidupan dunia itu hanyalah permainan” Hari ini kita telah  melihat dunia telah mempermainkan dan menjadikan manusia itu lalai. Bila dihadapkan pada perkara dunia maka sebagian dari mereka akan rela bahkan berusaha untuk menggapainya, namun bila dihadapkan perkara akhirat mereka akan berusaha untuk menjauh darinya. Bila ada pesta-pesta yang berbau maksiat seperti perzinaan sebagian dari mereka akan menjadi relawan! Bila dihadapkan pada hal-hal yang tidak berguna sebagian dari mereka ada di baris terdepan! Bila dihadapkan pada suatu perayaan-perayaan tidak jelas sebagian dari mereka ikut-ikutan pula. Inilah, problem umat saat ini yang perlu untuk kita pikirkan. Kita cari solusinya, sebab diluar sana kebanyakan yang merayakannya justru saudara-saudara kita sendiri! Apakah mereka salah? Wallahu ‘alam, kita menghindari perilaku saling menyalahkan dan berusaha muhasabah jangan sampai kita ikut-ikutan juga, jangan sampai kita yang melarang namun kita yang melakukannya juga, kita mengingkari atas apa yang mereka lakukan namun tidak membenci. Karena walau bagaimanapun, mereka adalah saudara muslim kita. Kita perkuat dan perluas medan dakwah kita, kita perlu mengubah strategi dakwah yang lebih hikmah, kita perlu saling mengingatkan. Be stronger Ummah with Ukhuwah! Keep SMILE, tebarkanlah Salam. Wallahu ‘alam, wallahu waliyyut Taufiq 

Komentar

Postingan Populer