Library zones: "Pilar Literasi"
Kepustakawanan, seperti keilmuan lainnya memiliki peran yang strategis dalam menjelaskan tumbuh
dan berkembangnya suatu ilmu pengetahuan. Kepustakawanan bahkan dapat menjelaskan
yang tidak saja terbatas pada keilmuan perpustakaan, kan tetapi juga ilmu-ilmu
lainnya. Hal ini karena kepustakawanan dan ilmu pengetahuan merupakan
dua sisi
mata uang. Perpustakaan merupakan lembaga yang berfungsi menyimpan dn
melestarikan beragam ilmu pengetahuan, serta mentransmisikan ilmu pengetahuan
dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Sebagaimana diketahui bahwa
perpustakan tumbuh dan berkembang dari kebiasaan ilmiah yang berupa kebiasaan
menulis (tulisan). Berbagai hasil intelektual manusia yang direkam dalam
berbagai bentuk media penyimpan informasi ditransmisikan melalui lembaga-lembaga
informasi, termasuk perpustakaan. Perpustakaan memiliki tugas utama untuk
menyediakan berbagai literature ilmu pengetahuan sebagai sumber informasi yang
ditujukan untuk kepentingan pembelajaran, untuk penelitian, dan bahkan untuk
kepentingan praktis sehari-hari. Dengan fungsi-fungsi tersebut, ilmu-ilmu
pengetahuan tidak saja dapat berkembang, akan tetapi juga diwariskan dari
generasi ke generasi berikutnya. Semakin lama ilmu pengetahuan tersimpan atau
dilestarikan, semakin lama juga pewarisan ilmu pengetahuan itu dapat dilakukan.
Selain itu, sebagai pusat ilmu pengetahuan, perpustakaan juga dapat menjadi
ukuran bagi pencapaian dan kemajuan ilmu pengetahuan yang dicapai oleh suatu
bangsa.

Kemajun dalam hal ilmu
pengetahuan ini tentu juga dibarengi dengan pertumbuhan dan perkembangan
perpustakaan pada masa itu. Mehdi Nakosteen (1996) menyebutkan bahwa
perpustakaan-perpustakaan tumbuh dengan pesatnya ibarat jamur pada musim hujan.
Di kota-kota besar maupun kecil tumbuh perpustakaan, dan bahkan menjadi
kebanggan dan kehormatan para penguasa, penguasa daerah maupun penguasa daerah
pusat. Ia mencatat beberapa perpustakaan penting islam. Menurutnya,
perpustakaan-perpustakaan di Timur, yaitu Baghdad sampai Nisabur pada masa
kejayaannya sampai sebelum bangsa Mongol menghacurkannya terdapat tiga puluh
enam perpustakaan. Penulis lainnya, J. Pederseen (1996) dalam bukunya yang
terkenal yaitu The Arabic Book yang
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi Fajar intelektualisme Islam mengemukakan bahwa perkembangan seni produksi
buku yang tak ada duanya dalam islam disebabkan karena ketertarikan para
hartawan yang penuh semngat terhadap buku. Dunia ilmu pengetahuan telh
sedemikian besar mendpat perhatian masyarakat dari berbagai kalngan, sehingga
bagi kalangan yag mampu kemudian mendirikan perpustakaan.
John F. Draper dalam Intellectual Development Of Europe melukiskan
dengan penuh kagum bagaimana orang-orang islam mendirikan perpustakaan-perpustakaan
di kota-kota utamanya. Pada akhir abad ke-2 (hijriah) Islam telah mendirikan
tidak kurang dari 70 Perpustakaan (Altwajri, 1997). A. Shalaby dalam bukunya yang berujudul History of Muslim Education: Dar Al
Kashaf;Beirut; 1954, menjelaskan bahwa di Baghdad, misalnya sebelum penaklukn
oleh bangsa Mongol, memiliki 36 perpustakaan umum dan lebih dari seratus toko
buku yang beberapa di antaranya juga sekligus sebgai penerbit dan mempekerjakan
sejumlah penyalin buku/manuskrip (saat itu belum ditemukan mesin cetak untuk
menggandakan buku-buku hingga tugas penggandaan dilakukan dengan menulis
kembali oleh penyalin).
Dalam kaitannya dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, kita dapat membaca salah satu tulisan Sardar dan
Davies (1990) sebagai berikut.
“Perpustakaan tidak bisa disingkirkan dari salah satu fktor yang mengontribusikan
pencerahan kepada publik dan pembentukan formasi karakter nasional. Tidak ada
kota-kota yang besar dan penting tanpa ada paling tidak satu perpustakaan utama
di dalamnya. Rak-rak perpustakaan terbuka untuk semua pemakainya. Katalog
memfasilitasi eksaminasi koleksi dan klasifikasi dari berbagai subjek. Banyak
volume yang dihiasi dengan perhiasan yang menakjubkan dan sangat indah; dan
yang paling berharga adalah volume dengan hiasan kulit dan aroma kayu yang
menyegarkan; beberapa koleksi berharga lainya bahkan dilapisi dengn emas dan
perak. Di sini (perpustakaan) dapat kita temukan apa saja yang telah dipelajari
di masa lalu dan penelitian yang tengah dilakukan serta penemuan-penemuan
terbaru saat itu. Filosofi Yunani, astronomi, Babilonia, Alexandria, serta
hasil pengamatan panjang juga eksperimen dari atas menara observasi bintang dan
laboratorium kota Cordoba serta Seville”
Kutipan tersebut setidaknya
memberikan deskripsi tentang bagaimana kedekatan perpustakaan dengan ilmu
pengetahuan serta penghargaan umat Islam terhadap ilmu pengetahuan, buku dan
perpustakaan.
Meskipun demikian, kemajuan di
bidang perpustakaan tidak banyak ditulis oleh para pakar. Kepustakwanan Islam
ini, tidak banyak diungkap oleh para ilmuwan. Jika pun ada, maka itu hanya
bagian kecil dari karya-karya mereka, terutama pada objek kajian sejarah Islam
dan pendidikan Ilsam. Karya yang secra khusus menjelaskan tentang tradisi
kepustakawanan Islam sangat langka, dan bahkan hamper tidak ada. Padahal, perpustakan
dan kepustakawanan Islam memiliki peran yang strtegis dalam tumbuh dan
berkembangnya trades dan kebiasaan ilmiah. Sebagai bagian dari itu semua,
pustakawan mampu menjelaskan pencapian intelektual umat Islam dan mampu menjelaskan
dan menjawab tantangan akan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Komentar