Sambutlah, 72 Tahun!

Hari ini, mentari tak bosannya kembali menyapa jiwa-jiwa hanif di bumi pertiwi. Kilau sinarnya menembus embun pagi nan seju, kilau sinarnya; seolah-olah terasa membawa kabar gembira yang hangat , dan sejuknya embun; seolah-olah mendinginkan kembali nurani hati yang memanas oleh sebab pertikaian dan permasalahan yang tiada berujung
Hari ini, diluar sana banyak riuh gemuruh tiada hentinya berdatangan bersamaan dengan mentari semakin naik keatas dan embun pun seketika hilang. Seakan-akan gemuruh tersebut melambangkan kegembiraan dan suka cita akan datangya
sesuatu; perasaan haru bercampur sedih seduh akan datangnya sesuatu yang dinanti. Ya, yang dinanti telah datang. Kata orang, mereka menyebutnya “Hari Kemerdekaan”.
Merdeka itu relatif, jika ditanyakan pada setiap orang akan menghasilkan respon yang berbeda-beda. Bahkan aku sendiri pun juga punya persepektif ku sendiri. Kata mereka merdeka itu; bebas dari penjajahan para penjajah dahulu, merupakan momen bersejarah nasional, bebas dari belenggu musuh-musuh Negri, dam lain-lain
Namun, jika boleh izinkan aku juga berbicara soal kemerdakaan. Setelah perjalanan yang panjang telah dilalui Negri tercinta ini selama kurang lebih 72 tahun, tak sedikit dalam perjalanan itu berjuang siang malam; para pejuang melawan sang lawan bersenjatakan apa adanya; para patriot tak sedikitpun terlihat kolot kala menerjang lawan, para ulama bersorban rela berkorban demi satu tujuan, satu cita-cita besar yaitu untuk meraih “Merdeka” di tanah mereka yang tercinta. Ingatlah bagaimana Bandung menjadi lautan api, bagaimana Sang Ayam Jantan dari Timur berjuang, bagaimana para ulama dan umara bekerja sama mengusir para penjajah. Dengan semua kisah heroic nan bersejarah tentang Kemerdakaan itu masih menggema di telinga-telinga kita, maka jika dengan semua perjuangan itu; semua merah darah tumpah keluar; semua keringat mengalir keluar; semua pengorbanan dan perlawanan mereka para Pahlawan belum membuat kita sadar betapa pentingnya arti Kemerdekaan; maka dengan cara apalagi agar Kemerdakaan itu kan berarti di relung hati nurani?

Sebab Merdeka ialah hak setiap jiwa maka kemerdekaan seperti apa yang engkau ingin wujudkan kawan? Jika diriku, merdeka ialah ketika kita mampu memadukan pola hidup di dunia untuk meraih Kemerdekaan yang sesungguhnya di akhirat, yakni ketika tapak kaki ini telah melangkah masuk ke dalam Surga-Nya

Komentar

Postingan Populer