Love Is a Verb...
Berbicara
tentang cinta bukanlah hal biasa, tapi ia adalah hal luar biasa. Berbicara
tentang cinta membutuhkan waktu yang lama, kita mampu mendefinisikan arti cinta
adalah ini dan itu dan seterusnya. Bukankah manusia fitrahnya memiliki rasa
cinta? Cinta adalah salah satu dari..
nikmat besar yang Allah berikan kepada setiap
hamba-Nya. Allah telah menanamkan cinta sejak Nabi Adam ‘alayhis salam diciptakan
oleh sampai umat Rasulullah. Lalu mengapa engkau belum memahaminya juga? Apakah
benar cinta hanya sebatas perasaan belaka? Apakah benar cinta hanya sebatas di
lisan saja? Tentu saja tidak,.
Dari Abu Hamzah Anas bin Malik,
khadim (pembantu) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau berkata, “Tidaklah seseorang dari kalian
sempurna imannya, sampai ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai
untuk dirinya”.(HR. Bukhari)
Adalah
fitrah manusia, bila ia mencintai manusia karena kebaikannya. Bila seperti itu
engkau sudah mencintai manusia, lalu bagaimana mungkin engkau tidak mencintai
Allah yang setiap harinya memberi mu banyak Kebaikan, hidayah, dan
nikmat-nikmat-Nya yang tak terhingga? Manusia bisa saja hari ini baik padamu,
namun bisa saja suatu saat ia malah berbalik mengacuhkan mu.
Tahukah
kalian, 1400 tahun lalu ada seorang Manusia terbaik dan termulia? Seorang
manusia yang dijamin masuk surga oleh Allah? Yang terbebas dari dosa? Siapakah
dia? Dialah Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alayhi wa sallam, seorang Rasul
yang sampai di akhir hayatnya Beliau tetap saja masih mencintai, mengingat
Umatnya. Khawatir terhadap kita. Bila dengan semua yang Rasulullah lakukan itu
belum juga membuat kita Cinta kepada Rasulullah, lalu cinta seperti apa yang engkau
berikan kepada Rasul mu? Kami teringat oleh perkataan salah seorang ‘Ulama dari
india, Dr. Zakir Naik. Ketika itu beliau ditanya tentang perkara Isbal (baca:
Celana dibawah mata kaki). Kita ketahui ada ikhtilaf di kalangan ‘ulama. Ada
yang melarang sebagaimana dalam hadits shohih tentang larangan Isbal dan ada
pula yang membolehkan. Terlepas dari itu, maka Dr. Zakir Naik pun menjawab
dengan jawaban yang menampar kita semua, beliau berkata “Cinta seperti apa yang
engkau berikan kepada Rasul mu, bila perkara sperti itu (Isbal) masih engkau
permasalahkan? Subhanallah! Inilah jawaban yang haq, jawaban yang singkat namun
penuh hikmah. Mengapa kita masih ragu?
Bila
saja kita masih meragukan apa yang dibawa Rasulullah, apa yang Rasulullah
katakan (hadits), masih melakukan hal yang tidak pernah Allah perintahkan,
tidak pernah Rasul ajarkan maka jangan pernah engkau mengaku-ngaku cinta kepada
Rasulullah.
Bila
engkau cinta, maka Imani dan amalkan apa yag Rasulullah contohka (sunnah).
Masih banyak sunnah-sunnah yang belum kita amalkan, adapun yang bisa kita
amalkan semoga mampu Istiqomah. Pelajari sirah-sirah Para Nabi dan Rasul, sirah
Para sahabat dan tabi’in. Semoga dengan itu engkau mampu menumbuhkan cinta yang
sesungguhnya.
Kalaulah
misal ada seorang remaja yang putus dari pacarnya, lalu ketikan ditanya mengapa
engkau terus bersedih ia menjawab “Saya sudah cinta mati sama dia”. Bila masih
ada remaja yang cintanya seperti itu (total-totalan) kepada lawan jenis yang
belum pasti jodohnya, bahkan tidak memberinya kebaikan sedikit pun lalu
bagaimana dengan cinta mu kepada Allah dan Rasul-Nya yang tiada henti memberi
mu banyak kebaikan? Mana izzah mu sebagai kaum muslimin!
Orang,
kalau sudah cinta total-totalan maka ia akan melakukan apa saja untuk meraih
cinta yang ia perjuangkan. Orang yang mencintai tak lain mereka sedang bekerja,
bekerja untuk yang dicintai.
Oleh
karenya saudaraku seiman, dalam bingkai dakwah Islam yang indah ini. Temukanlah
ukhuwah dan cinta yang sesungguhnya. Akankah kau temukan itu?
Perhatikanlah
hadits ini, hadits yang membuat sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu
sangat gembira:
“Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bercerita:
“Pernah seorang lelaki datang menenmui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu
dia bertanya: “Wahai Rasulullah, kapan hari kiamat?”, beliau bersabda: “Apa yang kamu telah
siapkan untuk hari kiamat”, orang tersebut menjawab:
“Kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya”, beliau bersabda: “Sesungguhnya kamu
bersama yang engkau cintai”, Anas berkata: “Kami tidak pernah
gembira setelah masuk Islam lebih gembira disebabkan sabda nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam “Sesungguhnya kamu bersama yang engkau cintai,
maka aku mencintai Allah, Rasul-Nya, Abu Bakar dan Umar, dan berharap aku
bersama mereka meskipun aku tidak beramal seperti amalan mereka.” HR.
Muslim.
Anas
bin Malik radhiyallahu ‘anhu tahi bahwa ia tak dapat menyamai amalan-amalan
sahabat sepeti Abu Bakar dan Umar radhiyallahu ‘anhuma. Maka ia berharap kelak
ia dapat masuk surga bersama Rasulullah, Abu Bakar, Umar dan sahabat Nabi
lainnya dengan mencintai mereka yang telah dijamin masuk surga oleh Allah Azza
wa jalla.
Maka
pilihlah orang yang engkau cintai, pilihlah orang yang dapat membuat mu masuk
surga. Ada istilah zaman ini mengatakan, “cinta sehidup semati” , maka gantilah
dengan yang lebih baik “cinta sehidup se-Surga”.
Kita
tahu dan sadar, kita tak bisa seperti Rasulullah, kita tak bisa menyaingi
amalan seperti para Sahabat dan tabi’in. Tapi Alhamdulillah, ada jalan lain tol
nya hehe. Yaitu dengan mencintai mereka, cintai Rasulullah, keluarga Beliau,
para Sahabat beliau yang telah dijamin masuk surga. Tapi, sebagaimana kita
ketahui bersama yang namanya jalan tol buka berarti sama sekali tidak ada
hambatan karena kita harus membayar tiap melewati gerbang tol ^^ . Means? Yap
mencintai juga butuh perjuangan ^^.
Cinta
tidaklah lahir dari pertemuan-pertemuan sederhana. Tapi ia lahir dalam
kecocokan jiwa.
Ukhuwah
tidak lahir dari pertemuan, tapi ia lahir dan tumbuh dalam do’a saudara mu.
Cinta
tidaklah lahir dari pengharapan, tapi ia lahir dari sebuah amanah yang nyata.
Cinta
bukan sekedar perasaan saja, tapi ia adalah kata kerja
Akankah
engkau cinta kepada jalan dakwah ini? Jalan yang telah ditempuh oleh Rasul,
Sahabat dan para tabi’in? Akankah engkau akan bergabung dalam barisan ini? Ketahuilah,
dakwah adalah cinta, dan cinta adalah kata kerja, oleh karena itu dakwah akan
membutuhkan semua usaha mu.
Pergi
mebawakan tausiyah/ta’lim naik motor, lalu engkau menolak karena repot harus
membeli bensin, dan mengantri lagi? ITU BUKAN CINTA!. Namun cinta adalah ketika
engkau yakin dan mengeluarkan seluruh usaha mu untuk dakwah ini. Bila engkau
cinta, maka engkau tidak akan membiarkan satu detik pun waktu mu terbuang
sia-sia di jalan orang yang suka menyia-nyiakan waktu. Bila engkau cinta,
jadikan tiap detik waktu mu itu adalah untuk mendakwahkan agama ini, amar ma’ruf
nahi mungkar adalah bentuk nyata dari cinta itu sendiri.

Bukankah
Umar bin Khattab, sahabat Rasulullah mengatakan “Wahai Rasulullah sungguh Aku mencintai mu lebih dari apa pun
kecuali diri ku”. Kata Rasulullah “Belum wahai Umar, engkau belum mencintai ku.
Kemudian Umar berkata “Sekarang ya Rasulullah, aku mencintai mu melebihi apapun
termasuk diri ku sendiri”.
Bukankah
Allah Azza wa Jalla menjanjikan kita dalam firman-Nya:
“Hai orang-orang beriman, jika engkau menolong Agama Allah Niscaya Allah
akan menolong mu dan meneguhkan kedudukan mu” (Qs. Muhammad: 7)
Mungkin
diantara kita sudah ada yang menghafal ayat ini, tapi ketahuilah bukan seberapa
banyak kita menghafal ayat Allah, akan tetapi seberapa yakin kita terhadap
firman-Nya dalam Al Qur’an.
Komentar