Laa Tuhshuha
Dialah Allah yang Maha Suci, yang
telah memberikan kita begitu banyak nikmat-nikmat yang tiada tara. Dialah
Allah, yang Maha Kuasa, yang telah memberikan kita begitu banyak nikmat-nikmat
yang tak terbatas. Yang apabila Allah mencabut nikmat-nikmat itu, maka tak ada
satupun manusia yang mampu bertahan dan hidup. Mau dibuktikan? Oke baiklah.
Sekarang, siapa yang bisa
bertahan hidup kalo Allah mencabut nikmat udara
(oksigen)? Kami yakin gak ada satupun manusia yang sanggup bertahan, bahkan
hewan laut pun membutuhkan udara apalagi manusia. Siapa yang mampu bertahan
hidup kalo Allah mencabut nikmat air (hidrogen)? Seketika dalam hitungan detik manusia
mati terkapar, menjadi bangkai dan hina. Namun terkadang manusia merasa lalai
dari nikmat dari Allah.
Ikhwahfillah, perhatikan baik-baik
firman Allah Azza wa Jalla.
“Dan jika
kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menghitung jumlahnya.
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An
Nahl: 18).
Mari kita buka dalam Al Qur’an.
Cari Surah An Nahl, ada yang tahu An Nahl urutan ke berapa dalam Al Qur’an?
Alhamdulillah kalo masih inget kalo gak inget mending buka Al Qur’an dulu ajah
baru diinget-inget hehe. Dalm surah An Nahl, sebelum ayat 18 Allah menerangkan
begitu banyak nikmat-nikmat yang telah Allah berikan kepada manusia. Mulai dari
nikmat tumbuhan, gunung-gunung, malam dan siang hingga sampai pada ayat ke 18
Allah mengatakan “Dan jika kamu
menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menghitung
jumlahnya...”. Ini
artinya, Allah setelah menceritakan berbagai macam nikmat yang Allah turunkan
kepada manusia Allah menegaskan dengan kalimat penegasan “Laa tuhshuha”. Dan
Allah yang Maha Kuasa benar akan firman-Nya. Gak mungkin Allah berdusta, tak
mungkin. Setiap perkataan Allah dalam Al Qur’an adalah benar dan wajib kita
imani dan yakini dalam setiap perkataan dan perbuatan kita. Akan tetapi
lucunya, manusia ada-ada saja yang masih ragu akan firman Allah Azza wa Jalla.
Mereka mengatakan “Al Qur’an gak sempurna, masih butuh revisi, ini dan itu dan
seterusnya..”. Na’udzubillah, dimana akal sehat mu wahai manusia. Tak mungkin
kecerdasan kita mampu melampaui kebenaran AL Qur’an dan Hadits Rasululullah
shallallahu ‘alayhi wa sallam tak mungkin.
Bila kita beriman kepada Allah,
maka kita patut beriman pada Al Qur’an. Artinya, kita meyakini semua ayat-ayat
yang Allah turunkan di dalam Al Qur’an termasuk ayat dalam surah An Nahl ini.
Betul, kita tak mampu menghitung nikmat Allah ini, saking banyaknya kita tak
dapat menghitungnya. Taruhlah misal, apabila nikmat Allah 1 juta, maka syukur
kita harus 1 juta baru bisa dikatakan impas. Kalo nikmat Allah 1 milyar, maka
syukur kita harus 1 milyar baru bisa impas kan? Tapi gimana kalo nikmat Allah
tak terhitung? Gimana mau mensyukurinya?. Namun aneh bin ajaib kita merasa
bahwa kita tak memiliki apa-apa dalam hidup kita, kita tak merasa memiliki
nikmat yang banyak itu. “Kok bisa, apa yang salah?” Eits hati-hati, pasti yang
salah adalah kita dan yang benar adalah Allah Azza wa Jalla. Apa yang salah
dengan manusia? Mari kita analisa kesalahan yang ada dalam diri kita. Tanyakan
pada diri masing-masing, apakah saya berani menjual dua bola mata saya dengan harga
1 milyar? Tanyakan pada hati nurani, apakah saya mau menjual 10 jari tangan
saya dengan harga 1 trilyun? Ada yang berani? Ada yang mau? Saya yakin semua
diri kita tak mau menjualnya walau dengan harga milyaran. Oke kalo begitu kita
naikkan, misal saya ingin sesuatu dari diri antum dengan imbala 100 trilyun.
Masya Allah, 100 trilyun loh, bisa mandi uang kita. Tapi 100 trilyun di tukar
dengan jantung antum. Antum mau? Saya rasa tidak. Manusia bodoh mana yang mau
menukar jantungnya dengan harga itu? Antum jual pun belum tentu ada yang mau
kan? Nah dari diri kita saja, sudah nampak nikmat yang begitu besar dan tak
terhingga, kita setuju bahwa dua bola mata kita lebih mahal dari uang 1 milyar,
kita setuju bahwa jantung kita lebih berharga daripada 100 trilyun. Sudah
nampakkah nikmat itu? Dengan hal-hal seperti itu kita bisa membuat 100
pertanyaan yang sama. Itu baru yang ada dalam diri kita, belum yang diluar.
Namun selama ini kita salah
mengira, kita anggap 100 trilyun itu nikmat besar dan berharga. Maka kita
katakan persepsi seperti itu salah besar. Tanamkan dalam mindset kita, nikmat
100 trilyun lebih kecil dibandingkan nikmat jantung dan darah. Lihatlah di
rumah sakit, ada siapa disana? Lihatlah orang-orang yang terpaksa harus dibantu
dengan alat pernapasan (tabung oksigen), berapa harga pengobatannya?
Keluarganya pusing sana-sini mencari uang yang banyak. Bayangkan, bernapas saja
susah, padahal nikmat udara sangat berlimpah. Namun kita salah persepsi, kita
selama ini tak menyadari bahwa ada begitu banyak sekali nikmat yang Allah
berikan kepada kita. Sekaligus ini membuktikan bahwa kita manusia sangat
membutuhkan Allah. Lalu muncul pertanyaan kok bisa sih manusia bisa sampai
luput dari nikma-nikmat tersebut? Tak lain karena penyakit cinta terhadap
dunia. Kita mendapatkan nikmat rumah mewah, seketika itu pula kita lalai dari
nikmat udara. Kita mendapatkan jabatan tinggi, seketika itu pula kita lalai
dari nikmat kesehatan. Rasululullah shallallahu ‘alayhi wa sallam berkata:
”Ada dua
kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”.
(HR. Bukhari no. 6412, dari Ibnu ‘Abbas)
Pertanyaan diri kita, apakah selama ini kita tertipu
oleh dunia atau tidak? Apakah kita melupakan nikmat-nikmat Allah yang begitu
luas? Apakah kita menyadari rezki di permukaan bumi ini hanya harta? Rumah
mewah? Keturunan bagus? Jabatan tinggi? Mobil banyak? Emas perak bertumpah
ruah? Kebun yang luas? Salah lagi. Nikmat Allah sangatlah luas dan tak
terhitung, tapi terkadang kita manusia suka menyempit-nyempitkan nikmat
tersebut. Dan luput akan nikmat Allah yang lain, ketahuilah wahai manusia mulai
dari ujung rambut sampai jari kaki itu adalah nikmat, memiliki teman-teman yang
sholeh itu juga adalah nikmat, memiliki kesehatan yang baik, merasa selalu
diawasi oleh Allah, istiqomah dalam ketaatan, menjadi orang beriman itu juga
adalah nikmat. Bahkan salah satu nikmat yang paling besar yang tidak semua
manusia memilikinya. Maka sudah sepatutnya yang kita harus perbanyak ialah
syukur terhadap Allah atas nikmat-nikmat yang telah Allah berikan kepada kita,
dan yang kita kurangi dan hilangkan mulai hari ini ialah rasa angkuh dan
sombong terhadap nikmat yang Allah berikan.
“Dan ingatlah
tatkala Tuhanmu memaklumkan; Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Kami akan
tambahkan (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka
sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih”(QS. Ibrahim: 7)
Komentar